Diberdayakan oleh Blogger.

Terbalik - Delon

"Tuhan, aku ingin mencurahkan isi hatiku kepadamu. Dia tak ku anggap, tak ku pandang, sama sekali ku tak cinta. tapi sesuatu t'lah terjadi menjadi terbalik. Kini, ku rasa yang dia rasa padaku. Jika cinta, biarkanlah aku jadi cinta. Jika sayang, biarkanlah aku jadi sayang. Hatiku kini miliknya Tuhan tolong, Jangan jodohkan dia dengan yang lain", Delon-Terbalik.


ngerti (banget) gimana rasanya di saat kita dulunya suka biasa aja atau mungkin malah ada yang gak suka sama satu orang yang bener-bener sayang sama kita, tapi mendadak jadi kita sekarang yang jadi sayang banget  sama orang tersebut di saat kita  sudah kehilangan orang tersebut.

*Flash Back*

DULU:
Kita punya kesibukan tersendiri. bener-bener sibuk. kurang tanggap sama orang yang sudah bener perhatian sama kita. kita selalu gak ngerti gimana posisinya orang yg kita sayang gak pernah bales perhatian kita tersebut. Kesibukannya pun gak pernah menghalanginya untuk tetep perhatian sama kita. kita selalu ngomong: "Aduh,aku sibuk beneran. Maaf, kalo jarang sms, bales telpon,dsb". mungkin kadang juga ada yg mikir orang itu terlalu posesif lah atau apa. Ternyata, itu salah. Itu semua karena kita belum ngalamin gimana posisinya orang yg selalu perhatian sama kita tsb.

SEKARANG:
Semuanya jadi Terbalik sekarang. 360derajat bener-bener BEDA. Kamu yg selalu perhatian, sms, telpon 3x sehari (emangnya frekuensi makan per hari? -_-) sekarang punya kesibukan sendiri. Kita memang punya kesibukan tersendiri, masing-masing. Kamu sibuk beneran atau enggak ya aku nggak tau. tapi mungkin iya bener sibuk karena lagi semester akhir. Kurang suka diginiin? Tentu, iya. mau protes? emangnya punya hak? sekarang emang kondisinya beda. udah tanpa status. Karma? mungkin iya. dulunya aku yg kurang perhatian, sekarang ngerti gimana posisinya kalo kita gak diperhatikan lagi sama orang yg kita sayang.

Tiap hari selalu berusaha kuat, merasa kalo gak ada apa-apa, merasa semuanya menjadi biasa aja. Teman-temanku di kampus yg selalu sama aku, yg gila,heboh,baik banget sedikit ngobatin yg aku alami sekarang ini, khususnya buat si tompel cantik yg baik banget Mano Handayani :D
makasih tompel yang udah dengerin keluh kesahku terus. makasih Moi yg jadi tempat konsultasiku (enak banget bagaikan konsul sama dokter kulit. hihi). Gak tau gimana kalo gak ada kalian^^.

Kita gak pernah tau apa yang bakal terjadi ke depannya. Positive thinking aja. Mapan dulu baru cinta-cintaan. :P

Life must go on. Keep spirit!
Be a five star doctor in the future!^^ 
Bless me, God. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sesak Napas (Dyspneu)


SKENARIO 3 : SESAK NAPAS
Seorang laki-laki umur 67 tahun dibawa ke ruang gawat darurat dengan keluhan sesak napas berat. Sejak lama berobat dengan hipertensi tapi tidak teratur dan telah pernah mengalami infark miokard sebelumnya. Sekitar seminggu sebelum masuk rumah sakit dia mengeluh nyeri dada substernal lebih dari 30 menit, dan sejak itu dia mengeluh sering sesak napas yang makin berat. Penderita hanya bisa tidur dengan 3 bantal kepala dan sering terbangun tengah malam akibat sesak napas. Pada pemeriksaan fisik, tidak demam, tekanan darah 160/100 mHg, denyut jantung 110 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, dan saturasi O2 88%. Penderita pucat dan berkeringat dingin. Pada pemeriksaan auskultasi ditemukan adanya ronchi basah pada kedua basal medial paru, terdengar S3 dan S4, tidak terdengar bising jantung. Pada pemeriksaaan EKG salah satu kelainan yang ditemukan adalah adanya gelombang Q patologis di sandapan V1-V4.
KLARIFIKASI KATA SULIT
1.      Infark miokard
2.      Ronchi basah pada kedua basal medial paru
3.      Nyeri dada substernal
4.      Gelombang Q patologis pada sandapan V1-V4
Klarifikasi :
1.      Infark miokard adalah nekrosis miokardium besar yang disebabkan oleh interupsi aliran darah ke area itu, hampir selalu disebabkan oleh aterosklerosis arteri koroner, sering tumpang tindih dengan trombosus koroner.
2.      Ronchi basah di kedua basal medial paru yaitu bunyi singkat, tidak kontinu, tidak musikal, dan terbanyak terdengar pada saat inspirasi di daerah basis paru (di bagian inferior paru-paru). Timbul bila terdapat cairan di bagian dalam bronkus dan terdapat kolaps saluran napas distal dan alveolus. Disebabkan oleh sekresi saluran napas berlebihan. Terdapat pada edema paru, gagal jantung kongestif, dan fibrosis paru.
3.      Nyeri dada substernal adalah nyeri yang dirasakan berlokasi di bawah sternum.
4.      Gelombang Q normal yaitu gelombang pada kompleks QRS, defleksi ke bawah negatif awal, yang  berhubungan dengan fase awal depolarisasi (eksitasi) miokardium ventrikel dan depolarisasi septum interventrikel. [1] Gelombang Q patologis adalah gelombang dengan durasi 0,04 detik atau lebih dan lebih 25%dari gelombang R.
KATA KUNCI
Berikut ini adalah beberapa kata atau kalimat kunci yang diidentifikasi dari skenario:
  • Laki-laki 67 tahun
  • Sesak napas berat
  • Riwayat hipertensi
  • Riwayat infark miokard
  • Nyeri dada substernal lebih dari 30 menit
  • Hanya bisa tidur dengan 3 bantal
  • Sesak napas malam hari
  • Tidak demam
  • Tekanan darah 160/100 mmHg
  • Denyut jantung 110 kali/menit
  • Pernapasan 22 kali/menit
  • Saturasi O2 88%
  • Pucat dan berkeringat dingin
  • Ronchi basah pada kedua basal medial paru
  • Terdengar S3 dan S4
  • Tidak terdengar bising jantung
  • Gelombang Q patologis di sandapan V1-V4.
PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1.      Sebutkan etiologi sesak napas?
2.      Apakah penyebab sesak napas pada skenario di atas?
3.      Jelaskan patomekanisme sesak napas yang berhubungan dengan skenario. Dan mengapa bisa terjadi sesak pada malam hari?
4.      Apa hubungannya antara posisi tidur pasien menggunakan 3 bantal dengan terjadinya sesak napas?
5.      Jelaskanhubungan sesak napas berat dengan riwayat hipertensi dan infark miokard?
6.      Bagaimana hubungan sesak napas dengan nyeri dada substernal lebih dari 30 menit?
7.      Apakah penyebab pasien pucat dan berkeringat dingin?
8.      Bagaimana patomekanisme ronchi basah?
9.      Mengapa bunyi S3 dan S4 terdengar?
10.  Apakah makna gelombang Q patologis pada sandapan V1-V4?
11.  Apakah diagnosis banding untuk skenario di atas?
12.  Jelaskan pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan untuk mendiagnosis penyakit pada DS skenario?
13.  Bagaimana penatalaksanaan pada diagnosis sementara?
14.  Bagaimana prognosis dan komplikasi yang mungkin timbul?
JAWABAN PERTANYAAN
1)      Etiologi dypnea antara lain :
a. Reseptor-reseptor mekanik pada otot-otot pernapasan paru, dan dinding dada; dalam teori tegangan-panjang, elemen-elemen sensoris, gelendong otot pada khususnya, berperan penting dalam membandingkan tegangan dalam otot dengan derajat elastisitasnya; dispnea terjadi bila tegangan yang ada tidak cukup besar untuk satu panjang otot (volume napas tercapai).
b.Kemoreseptor untuk tegangan CO2 dan O2 (teori utang-oksigen).
c. Peningkatan kerja pernapasan yang mengakibatkan sangat meningkatnya rasa sesak napas.
d.       Ketidakseimbangan antara kerja pernapasan dengan kapasitas ventilasi.
2) Patomekanisme sesak napas pada skenario di atas yaitu : jika tekanan hidrostatik anyaman kapiler paru-paru meningkat melebihi tekanan onkotik pembuluh darah maka akan terjadi transudasi cairan ke dalam interstisial. Apabila kecepatannya melebihi kecepatan drainase limfatik maka akan timbul edema interstisial. Bila terjadi peningkatan tekanan lebih lanjut, cairan akan merembes ke alveoli sehingga menimbulkan edema paru. Cairan yang terakumulasi di dalam alveolus akan menyebabkan traktus respiratorius mengalami obstruksi. Akibatnya pasien mengalami perasaan sulit bernapas, napas menjadi pendek, dan merasa tercekik.
3) Sesak napas y ang dialami pasien seringkali terjadi di malam hari(paroximal nocturnal dyspnea) atau pada saat pasien telentang ketika tidur. Posisi ini meningkatkan volume darah intratorakal dan jantung yang lemah akibat penyakit misalnya gagal jantung, tidak dapat mengatasi peninggian beban ini. Kerja pernapasan meningkat akibat kongesti vaskular paru oleh edema di alveoli yang mengurangi kelenturan paru. Waktu timbulnya lebih lambat dibandingkan dengan ortopnea (kesulitan bernapas ketika berbaring lurus) karena mobilisasi cairan edema perifer dan peninggian volume intravaskuler pusat.
PND juga dapat melalui mekanisme berikut : tidur pada malam hari akan menurunkan adrenergic supportterhadap fungsi ventrikel. Akibatnya, aliran balik darah meningkat sehingga ventrikel kiri kelebihan beban. Akhirnya timbul kongesti pulmonar akut yang menyebabkan penekanan nokturnal di pusat pernapasan sehingga timbullah dispnea.
4) Hubungan posisi tidur dengan terjadinya sesak napas adalah dimana pasien pada skenario membutuhkan 3 bantal kepala untuk bisa tidur dengan cukup nyaman. Posisi kepala pasien harus ditinggikan sehingga tubuhnya tidak berada dalam keadaan telentang. Bila tubuhnya dalam posisi telentang, maka akan memudahkan terjadinya sesak napas atau dispnea melalui patomekanisme seperti yang dijelaskan di atas.
5) Hubungan sesak napas berat dengan riwayat hipertensi dan infark miokard :
Hipertensi mengacu pada peningkatan tekanan darah sistemik yang menaikkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri ke aorta. Akibatnya, beban kerja jantung bertambah. Sebagai mekanisme kompensasinya, terjadilah hipertrofi ventrikel kiri untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Akan tetapi, lama-kelamaan terjadi dilatasi atau payah jantung atau gagal jantung. Terjadi peningkatan kebutuhan oksigen pada miokard akibat hipertrofi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung, serta diperparah oleh aterosklerosis koroner yang menyebabkan infark miokard. Gagal jantung menurunkan curah jantung (suplai darah menurun) sehingga terjadi hipoksia di jaringan. Sebagai mekanisme kompensasinya, denyut jantung dipercepat. Akan tetapi, terjadi elevasi ventrikel kiri dan tekanan atrium yang menuju ke peningkatan tekanan kapiler pulmonal yang menyebabkan edema paru. Edema paru dapat berimbas pada terjadinya dispnea.
6) Sesak napas dan nyeri dada substernal tidak berhubungan secara langsung. Keduanya melalui patomekanisme yang berbeda tetapi dapat bersumber dari kelainan yang sama yaitu gagal jantung kiri.
Sesak napas : Gagal jantung menurunkan curah jantung (suplai darah menurun) sehingga terjadi hipoksia di jaringan. Sebagai mekanisme kompensasinya, denyut jantung dipercepat. Akan tetapi, terjadi elevasi ventrikel kiri dan tekanan atrium kiri yang menuju ke peningkatan tekanan kapiler pulmonal yang menyebabkan edema paru. Edema paru menyebabkan ketidaksesuaian perfusi ventilasi sehingga menurunkan tekanan oksigen. Penurunan tekanan oksigen ini menstimulasi kemoreseptor perifer yang lalu mengirimkan impuls ke pusat pernapasan di medula oblongata. Akhirnya terjadi peningkatan usaha respirasi tapi tetap gagal karena adanya obstruksi cairan di traktus respiratorius akibat edema paru.
Nyeri dada : Gagal jantung mengakibatkan aliran darah koroner tidak adekuat. Terjadi penurunan perfusi jantung yang berakibat pada penurunan intake oksigen dan akumulasi hasil metabolisme anaerob berupa senyawa kimia seperti penimbunan asam laktat, piruvat. Inilah yang menstimulasi reseptor nyeri melalui symphatetic afferent di area korteks sensoris primer (area 3,2,1 Broadman) yang menimbulkan nyeri di dada.
7) Yang menyebabkan pucat dan keringat dingin :
Pucat : gagal jantung kiri mengakibatkan berkurangnya curah jantung. Akibatnya terjadi vasokonstriksi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan peningkatan Hb tereduksi di dalam darah maka timbullah sianosis (kulit pucat dan dingin).
Keringat dingin : gagal jantung kiri mengakibatkan berkurangnya curah jantung. Akibatnya terjadi vasokonstriksi kulit. Vasokonstriksi kulit menghambat kemampuan tubuh untuk melepaskan panas sehingga pasien dapat mengalami demam ringan dan keringat berlebihan.
8) Patomekanisme ronchi basah :
Jika tekanan hidrostatik anyaman kapiler paru-paru meningkat melebihi tekanan onkotik pembuluh darah maka akan terjadi transudasi cairan ke dalam interstisial. Apabila kecepatannya melebihi kecepatan drainase limfatik maka akan timbul edema interstisial. Bila terjadi peningkatan tekanan lebih lanjut, cairan akan merembes ke alveoli sehingga menimbulkan edema paru.
Seperti klarifikasi “ronchi basah” yaitu bunyi yang terdengar bila terdapat cairan di dalam bronkus atau alveoli. Ronchi terdengar di basal medial paru karena cairan terakumulasi di bagian bawah paru karena pengaruh gaya gravitasi.
9) S3à terdengar selama periode pengisian ventrikel cepat sehingga disebut Gallop Ventrikular. Normal terdengar pada anak dan dewasa muda. Merupakan temuan patologis yang dihasilkan oleh disfungsi jantung terutama kegagalan ventrikel.
S4 à timbul pada waktu sistolik atrium dan disebut sebagai Gallop Atrium, bunyinya sangat pelan, hampir tidak terdengar sama sekali. Timbul sesaat sebelum bunyi jantung 1. Terdengar bila resistensi ventrikel terhadap pengisian atrium meningkat akibat berkurangnya peregangan dinding ventrikel atau peningkatan volume ventrikel.
10) Gelombang Q patologis :
a.       Kelainan gelombang Q di sandapan II, III, AVF. Terjadi pada infark jantung, emfisema pulmonal, dan RVH.
b.      Kelainan gelombang Q di sandapan I, AVL, dan V4-V6 terjadi pada infark jantung anterior.
c.       Kelainan gelombang Q di sandapanV3R-V1, V1-V2, V1-V3, dan V1-V4. terjadi pada infark jantung anteroseptal, LVH, RVH, dan LBBB (Left Bundle Branch Block).
11) Tabel Differential Diagnosis yang mungkin timbul pada pasien-pasien dengan keluhan sesak napas
PenyakitkausaKardiovaskularNon Kardiovaskular
GEJALAGagaljantungkiri (kongestif)CorpulmonalInfarkmiokardiumKelainankatubjantungInfeksi (endokarditis, miokarditis, perikarditis)Emboli paruPenyakitParuObstruksiKronikInfeksipadaparu
Laki-laki 67 tahun-/+-/+-/+-/+-/+-/+-/+-/+
Sesaknapas++++++++
Nyeri dada >30 menit++-++++-
Paroxismal Nocturnal Dyspnea+-++-++-
Terdengar S3 & S4+--++---
Tidak Bisingjantung+---++++
Tidak Demam+++-/+-+-/+-
12) DIAGNOSIS SEMENTARA
GAGAL JANTUNG KIRI (KONGESTIF)
DefinisiPenyakit
Gagaljantungadalahsuatukeadaanpatologisberupakelainanfungsijantungsehinggajantungtidakmampumemompadarahuntukmemenuhikebutuhanmetabolismejaringandan/ kemampuannyahanyaadabiladisertaipeninggian volume diastoliksecara abnormal.
Gagaljantungadalahsindromaklinis (sekumpulantandadangejala), ditandaiolehsesaknapasdanfatik (saatistirahatatausaataktivitas) yang disebabkanolehkelainanstrukturataufungsijantung.
Etiologi
Gagal jantung merupakan komplikasi tersering dari segala jenis penyakit jantung kongenital meupun didapat. Mekanismefisiologis yang menyebabkangagaljantungmeliputikeadaan yang (1) meningkatkanbebanawal, (2) meningkatkanbebanakhir, atau (3) menurunkankontraktilitasmiokardium.Keadaan-keadaan yang meningkatkanbebanawalmeliputiregurgitasi aorta, dancacat septum ventrikel; danbebanakhirmeningkatpadakeadaan-keadaanseperti stenosis aorta danhipertensisistemik.Kontraktilitasmiokardiumdapatmenurunpadainfarkmiokardiumdankardiomiopati.
Penyebabkeseluruhankegagalanpompajantungdapatdilihatpadatabelberikut :
A.    KelainanMekanik 
  1. Peningkatan beban tekanan; Sentral (stenosis aorta,dll) dan Perifer (hipertensi sistemik,dll).
  2. Peningkatan beban volume (regurgitasi katup, pirau, peningkatan beban awal, dll).
  3. Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mitral atau trikspid).
  4. Tamponade perikardium
  5. Pembatasan miokardium atau endokardium.
  6. Aneurisma ventrikel.
  7. Dissinergi ventrikel.
B.     Kelainan Miokardium (otot) 
  1. Primer (kardiomiopati, miokarditis, kelainan metabolik, toksisitas (alkohol, kobalt), dan presbikardia).
  2. Kelainan disdinamik sekunder (deprivasi oksigen (PJK), kelainan metabolik, peradangan, penyakit sistemik, dan penyakit paru obstruktif kronik).
C.     Perubahan Irama Jantung atau Urutan Hantaran 
  1. Tenang (standstill)
  2. Fibrilasi
  3. Takikardia atau bradikardia ekstrim
  4. Asinkronitas listrik, gangguan konduksi
Patofisiologi
Gagaljantungdidasariolehsuatubeban/penyakitmiokard (underlying HD/index of events) yang mengakibatkan remodeling struktural, laludiperberatolehprogresivitasbeban/penyakittersebutdanmenghasilkansindromklinis yang disebutgagaljantung.
Kelainanintrinsikpadakontraktilitasmiokardium yang khaspadagagaljantungakibatpenyakitjantungiskemik, mengganggukemampuanpengosonganventrikel yang efektif.Kontraktilitasventrikelkiri yang menurunmengurangi volume sekuncup, danmeningkatkan volume residuventrikel.Dengan meningkatnya EDV ventrikel, terjadi peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri (LVEDP). Derajat peningkatan tekanan bergantung pada kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya LVEDP, terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung pada saat diastol. Peningkatan LAP diteruskan ke belakang ke dalam pembuluh darah paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru. Jika tekanan hidrostatik anyaman kapiler paru-paru meningkat melebihi tekanan onkotik pembuluh darah maka akan terjadi transudasi cairan ke dalam interstisial. Apabila kecepatannya melebihi kecepatan drainase limfatik maka akan timbul edema interstisial. Bila terjadi peningkatan tekanan lebih lanjut, cairan akan merembes ke alveoli sehingga menimbulkan edema paru.
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat akibat peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonalis meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serangkaian kejadian pada jantung kiri juga akan terjadi pada jantung kanan yang akhirnya akan mengakibatkan edema dan kongesti sistemik.
Perkembangan dari edema dan kongesti sistemik atau paru dapat diperberat oleh regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis atau mitralis secara bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi anulus katup AV, atau perubahan orientasi otot papillaris dan korda tendinae akibat dilatasi ruang.
Remodeling struktral ini dipicu dan diperberat oleh berbagai mekanisme kompensasi sehingga fungsi jantung terpelihara relatif normal, (gagal jantung asimptomatik). Sindroma gagal jantung yang asimptomatik akan tampak bila timbul faktor presipitasi seperti infeksi, aritmia, infark jantung, anemia, hipertiroid, kehamilan, aktivitas berlebihan, emosi atau konsumsi garam berlebih, emboli paru, hipertensi, miokarditis, infeksi virus, demam reumatik, dan endokarditis infektif. Gagal jantung simptomatika akan tampak kalau terjadi kerusakan miokard akibat progresivitas penyakit yang mendasarinya.
Patogenesis Gagal Jantung
Manifestasi Klinis
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri, gagal jantung kanan,dan gagal jantung kongestif. Gejala dan tanda yang timbul pun berbeda, sesuai dengan pembagian tersebut.
Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort, fatigue, ortponea, dispnea nokturnal paroksimal, batuk, pembesaran jantung, irama derap, ventrikular heaving, bunyi derap S3 dan S4, pernapasan Cheyne Stokes, takikardi, pulsus alternans, ronki dan kongesti vena pulmonalis.
Pada gagal jantung kanan timbul fatigue, edema, liver engorgement, anoreksia, dan kembung. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan hipertrofi ventrikel kanan, irama derap atrium kanan, murmur, tanda-tanda penyakit paru kronik, tekanan vena jugularis meningkat, bunyi P2 mengeras, asites, hidrotoraks, peningkatan tekanan vena, hepatomegali, dan edema pitting.
Pada gagal jantung kongestif, terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan.
New York Heart Association (NYHA)membuatklasifikasifungsionaldalam 4 kelas :
Kelas 1. Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.
Kelas 2. Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas 3. Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas 4. Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan harus tirah baring.
1. Penegakan Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan jasmani, ekokardiografi-Doppler, dan kateterisasi.
Kriteria Framingham dapat pula dipakai untuk menegakkan gagal jantung kongestif.
Kriteria Mayor
  1. Paroksimal nokturnal dispnea
  2. Distensi vena leher
  3. Ronki paru
  4. Kardiomegali
  5. Edema paru akut
  6. Gallop S3
  7. Peninggian tekanan vena jugularis
  8. Refluks hepatojugular
Kriteria Minor
  1. Edema ekstremitas
  2. Batuk malam hari
  3. Dyspneu d’effort
  4. Hepatomegali
  5. Efusi pleura
  6. Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
  7. Takikardia (> 120/menit)
Mayor atau Minor
Penurunan BB > 4,5 kg dalam 5 hari pengobatan
Diagnosis Gagal Jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis antara lain :
  • foto toraks dapat mengarah ke kardiomegali, corakan vaskuler paru menggambarkan kranialisasi, garis Kerley A/B, infiltrat prekordial kedua paru, dan efusi pleura.
  • Fungsi EKG, untuk melihat penyakit yang mendasari seperti infark miokard dan aritmia. Pemeriksaan lain seperti Hb, elektrolit, ekokardiografi, angiografi, fungsi ginjal, dan fungsi tiroid dilakukan atas indikasi.
i. Penatalaksanaan Gagal Jantung
  1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan pengurangan konsumsi oksigen melalui istirahat/ pembatasan aktivitas.
  2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung.
  • Mengatasi keadaan yang reversibel, termasuk tiroktoksikosis, miksedema, dan aritmia.
  • Digitalisasi :
* Dosis digitalis :
- Digoksin untuk oral untuk digitalisasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2 x 0,5 mg selama 2-4 hari.
- Digoksin IV 0,75-1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
- Cedilanid IV 1,2-1,6 mg dalam 24 jam.
* Dosis penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari. Untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
* Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
* Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat :
- Digoksin : 1-1,5 mg IV perlahan-lahan.
- Cedilanid 0,4-0,8 mg IV perlahan-lahan.
Cara Pemberian Digitalis
Dosis dan cara pemberian digitalis bergantung pada beratnya gagal jantung. Pada gagal jantung berat dengan sesak napas berat dan takikardi lebih dari 120 kali/menit, biasanya diberikan digitalisasi cepat. Pada gagal jantung ringan diberikan digitalisasi lambat. Pemberian digitalisasi per oral paling sering dilakukan karena paling aman. Pemberian dosis besar tidak selalu perlu, kecuali bila diperlukan efek maksimal secepatnya, misalnya pada fibrilasi atrium rapid response. Dengan pemberian oral dosis biasa (pemeliharaan), kadar terapeutik dalam plasma dicapai dalam waktu 7 hari. Pemberian secara IV hanya dilakukan dalam keadaan darurat, harus dengan hati-hati, dan harus perlahan-lahan.
Kontraindikasi Pemberian Digitalis
Keadaan keracunan digitalis berupa bradikardi, gangguan irama, dan konduksi jantung berupa blok AV derajat II dan III, atau ekstrasistolik ventrikular lebih dari 5 kali per menit. Gejala lainnya yaitu anoreksia, mual, muntah, diare, dan gangguan penglihatan.
Kontraindikasi relatif : penyakit kardiopulmonal, infark miokard akut (hanya diberi per oral), idiophatic hypertrophic subaortic stenosis, gagal ginjal (dosis obat lebih rendah), miokarditis berat, hipokalemia, PPOK, dan penyertaan obat yang mengahambat konduksi jantung.
Dalam pengobatan intoksikasi digitalis digunakan dilantin 3 x 100 mg sampai tanda-tanda toksik mereda.
  1. Menurunkan beban jantung.
Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator.
4.      Diet rendah garam
5.      Pada gagal jantung dengan NYHA kelas IV, penggunaan diuretik, digoksin, dan ACE-Inhibitor mengingat usia harapan hidup yang pendek. Untuk gagal jantung kelas II dan III diberikan :
o   Digoksin pada pasien dengan fibrilasi atrium maupun kelainan irama sinus.
o   ACE-Inhibitor (kaptopril mulai dari dosis 2 x 6,25 mg atau setara dengan ACE-Inhibitor lain, dosis ditingkatkan secara bertahap dengan memperhatikan tekanan darah pasien); isosorbid dinitrat (ISDN) pada pasien dengan kemampuan aktivitas yang terganggu atau adanya iskemia yang menetap, dosis dimulai 3 x 10-15 mg. Semua obat ini harus dititrasi secara bertahap.
o   Diuretik
Yang digunakan adalah furosemid 40-80 mg. Dosis penunjang rata-rata 20 mg. Efek samping berupa hipokalemia dapat diatasi dengan suplai garam kalium atau diganti dengan spironolakton. Diuretik lain yang dapat digunakan adalah hidroklorotiazid (HCT), klortalidon, triamteren, amilorid, dan asam etakrinat.
Dampak diuretik yang mengurangi beban awal tidak mengurangi curah jantung atau kelangsungan hidup, tapi merupakan pengobatan garis pertama karena mengurangi gejala dan perawatan di rumah sakit. Penggunaan ACE-Inhibitor bersama diuretik hemat kalium maupun suplemen kalium harus berhati-hati karena memungkinkan timbulnya hiperkalemia.
  • Vasodilator
* Nitrogliserin 0,4-0,6 mg sublingual atau 0,2-2 ug/kgBB/menit IV.
* Nitroprusid 0,5-1 ug/kgBB/menit IV.
* Prazosin per oral 2-5 mg.
* ACE-Inhibitor : kaptopril 2 x 6,25 mg.
Dosis ISDN adalah 10-40 mg peroral atau 5-15 mg sunlingual setiap 4-6 jam. Pemberian nitrogliserin secara IV pada keadaan akut harus dimonitor ketat dan dilakukan di ICCU.
Kaptopril sebaiknya dimulai dari dosis kecil 6,25 mg. Untuk dosis awal ini perlu diperhatikan efek samping hipotensi yang harus dimonitor dalam 2 jam pertama setelah pemberian. Jika secara klinis tidak ada tanda-tanda hipotensi, maka dosis dapat ditingkatkan secara bertahap sampai 3 x 25-100 mg. Kaptopril dapat menimbulkan hipoglikemia dan gangguan fungsi ginjal. Dosis awal enalapril 2 x 2,5 mg dapat dinaikkan perlahan-lahan sampai 2 x 10 mg.
6.      Menurunkan beban akhir dengan dilator arteriol.
\
Langkah-langkah Penatalaksanaan Gagal Jantung sesuai Beratnya Penyakit
  1. Pencegahan
Gagal jantung diderita oleh seseorang dapat disebabkan oleh kelainan kongenital maupun didapat.  Bagi penderita gagal jantung kongenital dianjurkan untuk menjalani pengobatan secara teratur untuk meminimalisir kerusakan organ dan manifestasi klinis.
Pencegahan gagal jantung dapat dilakukan dengan menghindari faktor-faktor predisposisi seperti diet rendah garam untuk menurunkan resiko hipertensi, diet rendah lemak untuk menurunkan resiko aterosklerosis, olahraga yang teratur, serta istirahat dan aktivitas yang proporsional.
1. Prognosis
Pasien yang dapat terdiagnosis dengan cepat dan mendapatkan terapi yang adekuat sangat berpeluang untuk dapat dimimalisir gejala-gejala penyakitnya. Akan tetapi, bagi pasien yang tidak menjalani pengobatan yang teratur dapat berlanjut ke komplikasi penyakit lain (end organ damage) yang lebih serius.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat gagal jantung dapat berupa edema paru, gagal ginjal, gangguan traktus gastrointestinal, edema anasarka, ascites, sampai gangguan mental akibat berkurangnya curah jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A. Newman, 2002, Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Joewono, B.S. 2003, IlmuPenyakitJantung, Airlangga University Press, Surabaya.
Mansjoer, Arief, dkk., 2005, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2,Media Aesculapius, Penerbit FK UI, Jakarta.
Masud, Ibnu., 1989, Dasar-dasarFisiologiKardiovaskular, PenerbitBukuKedokteran EGC, Jakarta.
Price, A. Sylvia, dan Wilson, Lorraine M., 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6 Volume 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
……………, 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6 Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Putz R., R. Pabst, 2005, Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2 Edisi 21, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Swartz, Mark H., 1995, Buku Ajar Diagnostik Fisik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sherwood, 2004, FisiologiManusiadariSelkeSistem, PenerbitBukuKedokteran EGC, Jakarta.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sistem Kardiovaskuler


Deskripsi
Sistem kardiovaskuler merupakan sub sistem sirkulasi yang bertugas mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Selain sistem kardiovaskuler kita juga mengenal sistem sirkulasi limfatik yang terdiri dari kelenjar limfe, pembuluh limfe dan cairan limfe.
Sistem kardiovaskuler bertugas mengedarkan darah ke seluruh tubuh dimana darah mengandung oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel/jaringan untuk metabolisme. Sistem kardiovaskuler juga membawa sisa metabolisme untuk dibuang melalui organ-organ eksresi.
Sistem Peredaran Darah
Sistem kardiovaskuler mendistribusikan darah ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah (sirkulasi darah). Sirkulasi darah terbagi menjadi 2 bagian yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal.
Sirkulasi pulmonal atau disebut juga sistem peredaran darah kecil adalah sirkulasi darah antara jantung dan paru-paru. Darah dari jantung (ventrikel kanan) dialirkan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Darah ini banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa metabolisme untuk dibuang melalui paru-paru ke atmosfer. Selanjutnya darah akan teroksigenasi pada kapiler paru dan kembali ke jantung (atrium kiri) melalui vena pulmonalis.
Sirkulasi sistemik atau peredaran darah besar adalah srikulasi darah dari jantung (ventrikel kiri) ke seluruh tubuh (kecuali paru-paru). Darah dari ventrikel kiri dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta, kemudian aorta bercabang-cabang menjadi arteri-arteri yang lebih kecil yang tersebar ke seluruh tubuh. Selanjutnya darah dikembalikan ke jantung (atrium kanan) melalui vena cava.
Sirkulasi darah antara jantung dan seluruh tubuh berjalan satu arah. Darah dari ventrikel kanan dialirkan ke paru-paru kemudian kembali ke jantung dan diedarkan ke seluruh tubuh dari ventrikel kiri melalui aorta. Aorta akan bercabang-cabang menjadi arteri, arteriola dan kapiler. Selanjutnya dikembalikan ke jantung melalui vena (pembuluh balik).
Jantung Sebagai Pompa
Darah diedarkan ke seluruh tubuh dengan cara dipompa oleh jantung. Secara fungsional pompa jantung dibagi menjadi pompa jantung kanan yang memompa darah ke sirkulasi pulmonal dan pompa jantung kanan yang memompa darah ke sirkulasi sistemik.
Jantung memompa darah dengan cara kontraksi (sistol) dan relaksasi (diastol). Jantung dapat bekerja dengan cara memompa karena mempunyai lapisan miokardium yang sangat istimewa. Sifat istimewa dari miokardium adalah :
1. Bekerja secara miogenik dan ritmik
Stimulus awal untuk terjadinya kontraksi jantung berasal dari jantung itu sendiri yaitu dari nodus sinoatrial (SA node), bukan dari sistem saraf. Pompa jantung ini bersifat otomatis dan bersifat dinamis sesuai dengan kebutuhan jaringan tubuh terhadap oksigen dan nutrisi. Setiap menit SA node mencetuskan impuls sekitar 70-80 kali/menit.
2. Perambatan impuls (interkoneksi) antar sel miokardium terjadi sangat cepat
Miokardium terdiri dari dua bagian besar yaitu sinsitium atrium dan sinsitium ventrikel. Setiap sel miokardium dipisahkan oleh diskus interkalaris yang memungkinkan perambatan terjadi dengan sangat cepat.
3. Durasi potensial aksi 100 kali lebih lama dari otot rangka
Miokardium mempunyai daya tahan kontraksi lebih lama dari otot rangka. Apabila dalam satu menit jantung berkontraksi rata-rata 70 kali/menit maka pada seseorang yang berusia 70 tahun jantung berkontraksi sebanyak 2.540.160.000 kali.
Peristiwa Listrik Pada Jantung
Miokardium seperti halnya otot rangka, dapat berkontraksi setelah diinisiasi oleh potensial aksi yang berasal dari sekelompok sel konduktif pada SA node (nodus sinoatrial) yang terletak pada dinding atrium kanan.
Dalam keadaan normal, SA node berperan sebagai pacemaker (pemicu) bagi kontraksi miokardium. Selanjutnya potensial aksi menyebar ke seluruh dinding atrium dan menyebabkan kontraksi atrium. Selain menyebar ke seluruh dinding atrium, impuls juga menyebar ke AV node (nodus atrioventrikular) melalui traktus internodal, kemudian ke berkas his dan selanjutnya ke sistem purkinye. Penyebaran impuls pada sistem purkinye menyebabkan kontraksi ventrikel.
Penyebaran potensial aksi pada ventrikel terdiri dari 4 fase yaitu :
1. Fase 0: Initial rapid depolarization.
Pada fase ini terjadi influks natrium akibat pembukaan saluran natrium saat terjadi peningkatan permeabilitas membran terhadap natrium. Awal depolarisasi adalah keadaan polarisasi (resting membrane potential) dimana muatan sisi dalam membran lebih negatif dibanding sisi luar (polarisasi).
2. Fase 1: Brief initial repolarization.
Pada fase ini saluran kalium mulai terbuka.
3. Fase 2: Prolonged plateau.
Pada fase ini saluran lambat natrium dan kalsium terbuka sehingga terjadi keseimbangan antara influks natiurm dan kalsium serta efluks kalium.
4. Fase 3: Late rapid repolarization dimana terjadi pembukaan saluran lambat kalium
5. Fase 4: Resting membrane potential (-100 mv)
Fase ini merupakan keadaan membaran istirahat dimana muatan sisi dalam membran sel menjadi lebih elektronegatif dbanding sisi luar (polarisasi).
Peristiwa Mekanik Pada Jantung
Peristiwa mekanik pada jantung terjadi bersamaan dengan peristiwa listrik pada jantung. Peristiwa mekanik pada jantung terdiri dari :
1. Fase siklus jantung
2. Urutan kontraksi jantung
3. Perubahan tekanan pada setiap ruangan jantung
4. Peran katup jantung
5. Bunyi jantung
Peristiwa listrik dan mekanik yang terjadi pada jantung dapat dilihat pada diagram di bawah ini :
Kontraksi Jantung
Jantung bekerja sebagai pompa dengan cara kontraksi (sistol) dan relaksasi (diastol). Setiap kali sistol dan diastol disebut dengan siklus jantung. Konstraksi jantung untuk memompa darah terjadi setelah penyebaran potensial aksi baik pada atrium maupun ventrikel. Ada 2 tipe kontraksi yaitu :
1. Isometric contraction : tegangan otot meningkat tetapi tidak memendek.
2. Isotonic contraction : tegangan otot konstan disertai pemendekan otot.
Kontraksi miokardium baru akan terjadi bila stimulusnya adekwat (cukup) atau mengikuti Hukum All or None. Kontraktilitas miokardium mengikuti Hukum Starling dimana kontraktilitas miokardium tergantung kepada regangan otot jantung pada saat diastol (EDV atau end diastolic volume). Semakin banyak darah yang mengisi ventrikel pada saat diastol akan semakin meningkatkan regangan pada miokardium dan menyebabkan peningkatan kontraktilitas otot jantung.
Bunyi Jantung
Pada saat jantung bekerja akan terdengar bunyi “lub” dan “dub”. Bunyi tersebut adalah bunyi S1 dan S2. Bunyi S1 terdengar saat sistol dan S2 saat diastol. Bunui S1 timbul akibat penutupan katup mitral pada saat sistol ventrikel dan bunyi S2 timbul akibat penutupan katup semilunar pada permulaan diastol ventrikel. Selain bunyi S1 dan S2, bisa juga terdengar bunyi jantung tambahan yaitu S3 dan S4.
Curah Jantung
Curah jantung atau cardiac output adalah jumlah darah yang dipompa ventrikel setiap menit, rata-rata berjumlah 4-5 liter/menit. Curah jantung adalah volume sekuncup (stroke volume) dikalikan dengan frekuensi denyut jantung dalam satu menit (heart rate). Stroke volume atau volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa ventrikel setiap kali kontraksi.
Curah jantung dipengaruhi oleh latihan fisik (aktivitas), stres, suhu, kehamilan dan post-prandial. Selanjutnya darah pada sirkulasi sistemik akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, distribusinya adalah sebagai berikut :
 Regulasi Jantung
Jantung dapat bekerja secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kerja jantung dipengaruhi oleh faktor mekanik, persarafan dan suhu. Regulasi jantung meliputi regulasi terhadap heart rate, stroke volume, cardiac output dan blood pressure.
1. Regulasi Heart Rate
Heart rate dipengaruhi sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis dengan epinefrin dan norepnefrin sebagai neurotrasmiternya menyebabkan peningkatan heart rate. Sedangkan sistem saraf parasimpatis melalui nervus vagus menyebabkan perlambatan heart rate.
Heart rate juga dipengaruhi oleh kemoreseptor dan baroreseptor. Aktivitas kemoreseptor bertujuan menjaga kecukupan sirkulasi serebral (otak).
2. Regulasi Stroke Volume
Volume sekuncup diatur dengan Mekanisme (hukum) Starling.
3. Regulasi Cardiac Output
Determinan utama dari curah jantung adalah kebutuhan oksigen jaringan dengan cara autoregulasi intrinsik yang mengubah preload dan stroke volume dan autoregulasi ekstrinsik atas pengaruh hormon epinefrin.
4. Regulasi Tekanan Darah
Tekanan darah dipengaruhi oleh kemoresptor, tahanan perifer dan volume darah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS